Sinergitas Antar Pelaku Wisata Demi Tingkatkan Kunjungan, Menambah Length of Stay dan Ciptakan Kesan Positif

Sinergitas Antar Pelaku Wisata Demi Tingkatkan Kunjungan, Menambah Length of Stay dan Ciptakan Kesan Positif

MEMBANGUN pariwisata bukan hanya soal pembangunan fisik, namun juga harus dibarengi dengan pembangunan sumber daya manusia (SDM). Dan, Pelatihan Tata Kelola Destinasi Pariwisata Seri IV yang diselenggarakan Bidang Pengendalian Usaha Pariwisata Dinas Pariwisata Samosir adalah salah satu cara untuk meningkatkan kualitas SDM para pelaku wisata.
Kegiatan yang bersumber dari Dana Alokasi Khusus (DAK) Non Fisik 2019 ini dilaksanakan di Hotel JTS Parbaba, Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir, Kamis-Sabtu (21-23/11/2019).
Kepala Bidang Pengendalian Usaha Pariwisata Robintang Elfrianto Naibaho SS dalam laporannya menyampaikan bahwa kegiatan ini mengikutsertakan para pelaku bisnis wisata, baik itu pengusaha hotel, restoran, coffee shop, souvenir shop, pelaku seni, kelompok sadar wisata, pegiat pariwisata, pegiat media sosial, pengusaha becak wisata dan berbagai elemen yang berkaitan dalam bisnis pariwisata.
Disampaikan bahwa dikumpulkannya pelaku bisnis wisata dalam wadah Pelatihan Tata Kelola Destinasi Pariwisata ini adalah untuk membangun sinergitas antar pelaku wisata bagaimana agar wisatawan semakin banyak berkunjung ke Samosir, menambah length of stay wisatawan di Samosir. “Dan yang terpenting, bagaimana agar wisatawan yang datang mendapatkan kesan dan experience yang baik dengan pelayanan yang ramah dan ia mengabarkan kesan positif tersebut kepada teman-temannya,” ujar Robintang Naibaho.

Dan untuk mencapai harapan-harapan tersebut, maka pelatihan kali ini membahas materi tentang peluang wisata desa dan budaya di era millenium, managerial bisnis wisata di era digital, membangun sinergitas pelaku bisnis pariwisata dan tourism package to face 4.0, yang menghadirkan narasumber Cahyo Pramono SE MBA dan Abdi N Ginting dari Advisor Asosiasi Pelaku Pariwisata Indonesia (ASPPI) Sumatera Utara.
Sementara, Bupati Samosir Drs Rapidin Simbolon MM dalam arahannya yang diwakili Kepala Dinas Pariwisata Daulat Nainggolan SKM MKes menyampaikan bahwa Samosir patut bersyukur karena masuk dalam Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) sehingga mendapatkan perhatian penuh dari Pemerintah Pusat, baik itu pembangunan fisik kepariwisataan maupun pembangunan SDM.
Karenanya, para peserta yang berasal dari berbagai jenis bidang bisnis pariwisata diharapkan dapat membangun sinergitas demi satu tujuan, yakni bagaimana memberikan kesan yang positif kepada wisatawan yang berkunjung.
“Jangan sampai wisatawan merasa jera saat berkunjung ke Samosir, tapi sebaliknya, justru menceritakan kesan positif mereka kepada rekan-rekannya, mengabarkan lewat media sosialnya, sehingga mengundang orang banyak untuk berkunjung ke Samosir,” ujarnya sekaligus membuka pelatihan ini.
Pada sesi pertama, narasumber Cahyo Pramono SE MBA memberikan materi peluang wisata desa dan budaya di era millennium. Dalam paparannya, Cahyo mengatakan bahwa pelaku bisnis wisata harus mampu mengoptimalkan peluang dengan memanfaatkan teknologi yang sedang berkembang pesat dewasa ini.
Melalui kajian yang telah dilakukan, Cahyo menyimpulkan bahwa ketertarikan orang/wisatawan untuk menikmati sebuah produk wisata di era millennium ini didominasi oleh review di media digital. “Misalnya, ketika kita buka google map dan mencari daftar hotel di lokasi yang kita tuju, kita akan lihat bagaimana review dari pengunjung, bagaimana komentar-komentar mereka. Dan, jika review bagus, itu akan jadi alasan yang kuat untuk kita menginap di hotel tersebut,” jelas Cahyo mencontohkan.
Pria yang sudah 27 tahun bergelut sebagai praktisi pariwisata ini pun mendorong para pelaku bisnis pariwisata agar memanfaatkan media digital tersebut agar usaha yang mereka kelola dikenal publik secara luas yang jangkauannya bahkan sampai ke seluruh dunia.

Selain itu, Cahyo yang merupakan alumni International Hotel School Den Haag-Belanda ini menambahkan, untuk menjaga peluang yang ada, pelaku bisnis pariwisata harus mampu mengerti dan memahami apa kebutuhan wisatawan yang menjadi pasar kita.
“Contoh kecil, pasar kita adalah wisatawan dari Malaysia. Jadi, kita sebagai pelaku bisnis wisata harus tau selera mereka. Begitu juga jika pasar kita wisatawan Cina atau Eropa, kita harus tau bagaimana karakter dan selera mereka. Karena, walau bagi kita itu tidak penting, tetapi bagi wisatawan yang menjadi target pasar kita, itu sangat penting, bahkan mutlak,” jelasnya.
Selain pemaparan dari narasumber, kegiatan ini juga diisi dengan Forum Discussion Group (FGD) sebagai wadah bertukar ide, pemikiran, pendapat dan persoalan yang ada, demi menemukan solusi yang paling tepat.

GIVE A REPLY

× How can I help you?