
HOSPITALITY (keramahtamahan) adalah kunci terpenting dalam pengembangan kepariwisataan. Sebab, keindahan alam serta kekayaan budaya yang dimiliki suatu daerah akan sirna ketika wisatawan tidak mendapatkan keramahtamahan dan pelayanan prima di daerah tersebut.
Demikian ditekankan Direktur Politeknik Pariwisata Palembang Dr Zulkifli Harahap MMPar CHE saat memberikan materi pada bimbingan teknis berjudul ‘Pelayanan Prima Bidang Pariwisata di Kawasan Danau Toba’ di Hotel JTS, Rabu (27/11/2019).
Zulkifli Harahap mengatakan bahwa pemerintah pusat memilih Danau Toba menjadi 5 super prioritas pembangunan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional tentu karena memiliki alasan yang kuat yang diyakini nantinya mampu menjadi pendapatan utama negara.
Sebab, katanya, minyak, batubara atau tambang lain akan habis. Tetapi pariwisata tak akan pernah habis. Karenanya, ke depan, pariwisata diproyeksikan jadi sumber pendapatan terbesar. “Tapi, tentu semua stakeholder, terutama masyarakat dan pelaku wisata harus berperan utama dalam perkembangan pariwisata daerahnya,” ujar Zulkifli Harahap.
Dia menegaskan bahwa pelayanan prima bagi tamu adalah hal mutlak yang harus dilakukan jika ingin pariwisata di Samosir dapat bertumbuh dengan baik, karena bisnis pariwisata bisa berjalan dengan baik karena didukung oleh tamu.
“Jadi, jangan anggap remeh. Bahwa tamu/pengunjung adalah hal yang paling penting dalam perkembangan bisnis pariwisata Anda. Selain itu, ada beberapa hal lain yang mempengaruhi perkembangan bisnis pariwisata, antara lain kondisi ekonomi, kompetitor, teknologi, pers, hukum, supplier (pemasok kebutuhan), komunitas lokal, sosial dan politik,” jelasnya.
Senada disampaikan Bupati Samosir yang diwakili Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan Saul Situmorang sebelum membuka bimtek, bahwa kekayaan sumber daya alam (SDA) hanya menyumbang 30 persen dalam kunci keberhasilan pariwisata, sementara potensi sumber daya manusia (SDM) menyumbang 70 persen.
Karenanya, untuk membangun pariwisata Samosir, tak cukup hanya Sapta Pesona saja, namun kita orang Batak memiliki falsafah Poda Na Lima, yakni paias rohamu (bersihkan hatimu), paias pamatangmu (bersihkan badanmu), paias paheanmu (bersihkan pakaianmu), paias bagasmu (bersihkan rumahmu) dan paias alamanmu (bersihkan lingkunganmu).
“Nah, kita orang Batak juga sudah punya falsafah yang jika kita lakukan sepenuhnya, mampu menjadi sebuah pelayanan prima bagi wisatawan. Selain itu, kejujuran juga merupakan factor penting dalam memberikan kesan yang baik baik wisatawan, agar dia mau datang kembali mengunjungi daerah Anda,” ujar Saul Situmorang.
Demikian juga disampaikan pemateri berikutnya, Muhammad Hamdani SSos MSi CHE. Dia mengatakan bahwa Indonesia menduduki ranking ke-6 sebagai negeri paling indah sedunia menurut penilaian situs pariwisata Rough Guides, namun kenyataannya jumlah wisatawan yang datang kalah jauh dari negara-negara lainnya.
“Ini membuktikan faktor keindahan bukan jadi jaminan. Karenanya, keindahan, kekayaan budaya dan pelayanan prima yang harus kita kemas, tentu dengan kemampuan sumber daya manusia kita, yang diyakini mampu menarik minat wisatawan untuk datang ke daerah kita,” ujarnya.
Hamdani yang juga dosen di Akademi Pariwisata Medan ini mengatakan bahwa ada 4 faktor dasar pariwisata yang harus kita miliki sebagai pelaku wisata, yaitu harus mau melayani orang lain serta ikhlas menyapa, punya keahlian dan perilaku sesuai bidangnya, memiliki rasa memiliki dan tanggung jawab dan memiliki keyakinan bahwa kesuksesan usaha wisata itu berasal dari tamu.
Selain itu, berikan kesan pertama yang mampu membuat wisatawan nyaman berada di tempat Anda, yaitu dengan 4S: Senyum, Sapa, Salam dan Sentuhan. “Dan, harus tertanam juga dalam diri Anda untuk menggunakan magic words dalam dunia pariwisata, yaitu ‘maaf, tolong dan terima kasih’,” ujar Hamdani.
Selain hal-hal tersebut, Hamdani menambahkan beberapa hal yang juga sangat penting dalam pelayanan prima di bidang pariwisata, antara lain good service make different (pelayanan yang baik jadi suatu pembeda), personal hygience (higienis), appearance (penampilan), facial expression (ekspresi wajah), speech (tutr kata), posture (sikap).
“Dan, jangan lagi anggap tamu sebagai raja, namun anggap sebagai sahabat agar tak ada jarak dan kita bisa memahami apa yang dia mau,” jelas Hamdani.